1. Bersahabat kemudian berbisnis
2. Berbisnis kemudian bersahabat
Kalo harus pilih salah satu, saya lebih pilih yg ke 2.
Kenapa? Begini..
Ketika bertemu kawan lama, saya pribadi lebih suka flash back ketawa-ketiwi ngobrolin masa2 nakal dulu, entah faktor apa yg jelas makin kesini kok makin males mikir yg berat2, pengennya mikir yg lucu2 aja. Apakah faktor U?
Bisnis itu orientasinya cuan, ketika kita berbisnis dengan kawan lama biasanya di awal akan dimulai dengan kata "gampang".
"udah...gampanglah masalah itu", "gampanglah itu...yg penting usaha kita jalan dulu aja",
"masalah itu ga usah dipikirin, gampang". Percaya atau tidak menggampangkan persoalan itu adalah awal dari persoalan.
Ujung-ujungnya jika ada masalah dalam bisnisnya, persahabatan pun dikorbankan.
Makanya jikapun terpaksa berbisnis dengan kawan lama saya akan menerapkan prinsip "lebih baik ribet di awal tp akhirnya lancar, dari pada gampang di awal tapi akhirnya ambyar".
Yang dimaksud ribet di awal adalah komitmem harus benar2 dibicarakan di awal, dari mulai pembagian keuntungan, pembagian biaya2 yang harus dikeluarkan, bagaimana jika bisnisnya rugi, sampai exit strategy jika bisnisnya benar2 ga jalan alias bangkrut.
Semuanya kudu benar2 jelas dan tertulis.
Jadi ga ada tuh cerita temen nipu temen, temen dan temen saling tuntut di pengadilan, atau dari kawan menjadi lawan. Karena semua sudah jelas tertuang dlm komitmen awal.
Oh ya yg perlu diingat, seseorang jarang sekali ditipu oleh orang yg tidak dia kenal, kebanyakan orang ditipu ama temen atau bahkan sahabatnya sendiri loh 😀.
Pengalaman saya berbisnis, supplier dan distributor yg saya miliki benar2 orang yg baru saya kenal. Dan mereka berteman hingga skrng, jadi dari rekan bisnis kemudian menjadi teman bahkan ada seperti sodara walaupun saya nda berbisnis di bidang itu lagi.
Kok tiba2 nulis ttg bisnis? Ga tau, pengen nulis aja 😀😀😀
Tidak ada komentar:
Posting Komentar